Jalan Menuju Kebahagiaan


Semua orang ingin bahagia. Yang berduit, yang bokek, yang tengah muda bersinar atau yang happy fourty atau para pini sepuh yang masih berusaha sekuat mungkin menikmati bonus usia dari yang Maha Abadi. Masalahnya, setiap saat kita selalu dihadapkan dengan hal-hal baru, tantangan dan cobaan yang terus menerus ada sepanjang hidup. Yang bisa menggerogoti keoptimisan dan daya juang. Eiits tunggu dulu…. Selalu banyak jalan menuju bahagia. Begitu kata para pakar. Maksud saya, kata mereka yang sudah pakar membuat hidup mereka bahagia terus menerus. Tak peduli lagi ada masalah di kantor atau kena musibah. So, ini resep bahagia yang membumi dari real people sekitar saya.
1. Bersyukur.
Nikmati hidup hari ini. Tubuh yang sehat, masih bisa makan enak dengan lauk apa saja. Bayangkan orang yang banyak duit tapi harus pantang ini itu karena penyakitnya. Berarti rezeki yang boleh dia miliki jadi sedikit bukan? Syukuri apa yang ada, jangan memikirkan yang tidak kita miliki. Basi hehehe….
2. “I’ve done this and this and this!”
Suami saya pernah bilang, “Jangan suka inget-inget kegagalan yang udah kejadian. Itu sama aja mengiris-iris diri sendiri. Itu bikin mandeg!” Dia benar. Fokus saja ke hal-hal yang sudah berhasil kita lakukan. Bukan pada kegagalan atau hal-hal di luar kemampuan. Mengingat keberhasilani memberi perasaan positif dan berharga. Merasa berharga = bahagia.
3. Berbagi dan menyenangkan orang lain
Ini pengalaman seorang kawan yang jago akupunktur dan pengobatan herbal, dengan senang hati ia membagi ilmunya pada orang-orang sekelilingnya. Kelihatan sekali ketulusannya. Tidak ada ketakutan yang diberi ilmu akan lebih hebat dan menyalib mata pencahariannya. Waktu ditanya kok mau-maunya bagi-bagi ilmu secara gretong, dia bilang, saya bahagia kok dengan jalan ini. Lagian, gak mungkin kan saya sendirian nyembuhin dunia? Kebahagiaan datang pada saat kita tidak mengejarnya untuk diri sendiri, melainkan pada saat kita membagi-bagikannya.
4. Jangan kebanyakan berkhayal.
Kata pak Yahya guru taklim saya (bahasa gaulnya : guru spiritual. Taelah!) berangan-anganlah sesuai kemampuan tangan menjangkau. Jangan lebih. Itu bisa bikin stress, penuh gerutuan, ujung-ujungnya unhappy. (Hem, adagium gantungkan cita-cita setinggi langit mungkin harus direvisi ulang nih.)
5. Berjiwa besarSetiap hari kita selalu dihadapkan dengan perbedaan. Yang kalau tidak dihadapi dengan jiwa besar dan penuh pemakluman, bakalan berantem terus deh. Jadi pintar-pintarlah memaafkan mereka yang sudah melukai hati, mentolerir kelemahan orang lain, banyak-banyak berprasangka baik. Tidak ada gunanya memendam kemarahan, kebencian dan iri hati. Taruh kesadaran penuh, kita pun punya banyak kekurangan yang mungkin telah melukai orang lain tanpa kita sadari.
6. Bersahabat
Sebuah penelitian membuktikan, mereka yang memiliki kawan dekat hidup lebih bahagia dibanding para loner dan orangberkpribadian introvert. Memiliki sahabat membantu kita berkembang. Sahabat bisa menjadi tempat berbagi, bercermin dan belajar. Cari sahabat yang membuat kita merasa nyaman dan bisa tampil apa adanya, gak ada jaim-jaiman apalagi persaingan diam-diam. Yang tulus memuji ketika kita berhasil, ikut senang ketika kita bahagia sekaligus sekeranjang maaf ketika kita khilaf. At least ini yang saya berikan pada kawan-kawan istimewa saya.
7. Jangan berhutang. Nah lo!
Ini kata sahabat saya seorang eyang yang penampilannya selalu ayu dan ngademi ati, “Seumur-umur saya hampir ndak punya hutang… kalau mau sesuatu ya nabung dulu…. (hemm, kalo rumah boleh ya Yang… hehe). Gak punya hutang, makan terasa enak, tidur pules. (waaa bener banget Yang!). Jalan kemana aja enak, gak ada yang nagih (bener lagi Yang!). Pokoknya, gak ada utang bikin ati tenang (nggih Yang.)
8. Berdekatan dengan orang-orang yang bahagia dan optimis.
Dari sebuah majalah yang saya lupa, kurang lebih kisahnya seperti ini: Sepasang suami istri bule nampak menikmati waktunya dengan 3 anak mereka yang semuanya down syndrome. Ketika ditanya apa yang membuat mereka tetap happy dan tanpa beban, mereka bilang, “ Tuhan tahu kemampuan masing-masing individu. Dan hanya pada orang-orang istimewalah Tuhan mempercayakan anak-anak istimewa ini.”
Mari banyak-banyak gaul dan belajar dari mereka yang piawai menghargai hidup, sepi keluh-kesah dan penuh senyuuum. Tidak ada lagi dikotomi senang atau susah. Dua-duanya dianggap karunia hidup dan dijalani dengan sama bersyukurnya. (Aahh, spiritual tingkat tinggi. Semoga SQ saya bisa setinggi itu secepatnya ☺)
And last but not least…..
9. Boleh kok membanding-bandingkan.
Ini tips bocoran dari agama saya tapi relevan untuk semua kalangan: Untuk urusan dunia, lihatlah ke bawah pada mereka yang kurang beruntung. Untuk urusan akhirat, lihatlah ke atas, pada mereka yang lebih banyak amalnya dan lebih baik ibadahnya.
Keren! Tidak perlu dijelaskan panjang lebar kan?
Selamat menciptakan kebahagiaan. Untuk Anda. Untuk orang-orang di sekeliling Anda.


Sumber

Posting Komentar untuk "Jalan Menuju Kebahagiaan"